KETAPANG - Suara alu beradu dengan lesung menggema di Balai Sungai Kedang, Ketapang, Kamis sore (9/10/2024).
Di bawah langit senja, tradisi menumbuk padi kembali hidup dalam lomba menumbuk padi, salah satu rangkaian utama Pentas Seni Budaya Dayak (PSBD) ke-IX Tahun 2025.
Enam kelompok peserta dari Air Upas, Singkup, Delta Pawan, Pemuda Dayak Pesaguan Sekayong, Meana Keu, dan Pebodab tampil membawa semangat leluhur yang kental.
Mereka bukan sekadar berlomba. Tapi merawat ingatan kolektif tentang cara masyarakat Dayak mengolah padi dengan irama, tenaga, dan kebersamaan.
Setiap kelompok dinilai dari kelengkapan atribut, kekompakan gerak, serta teknik menumbuk dan menampik beras. Lesung, alu, penampik, lindak, dan tikar pandan menjadi saksi keterampilan turun-temurun.
Para peserta pun tampil anggun dengan pakaian adat lengkap: kain kepala, anting, kalung, dan gelang manik berwarna-warni yang berkilau diterpa cahaya sore. Selama 25 menit perlombaan, alu yang menumbuk tak hanya menghasilkan beras, tetapi juga ritme yang memikat.
Gerakan tangan yang selaras, langkah yang mantap, dan pantulan bunyi dari lesung menciptakan harmoni. Mengalir seperti lagu alam. Dalam penilaian, beras yang tak terhambur dan antah yang tersisih rapi menjadi ukuran ketepatan dan keindahan gerak.
Sorak penonton pecah ketika kelompok Pebodab dinobatkan sebagai juara. Mereka berhasil memukau juri dengan teknik menumbuk yang halus dan sentuhan kreatif lonceng-lonceng kecil yang terikat di ujung alu, menghadirkan denting merdu di sela setiap hentakan.
Suara itu bukan sekadar bunyi, melainkan simbol kegembiraan dan penghormatan pada alam serta hasil bumi. Juara kedua diraih kelompok Delta Pawan, disusul Meana Keu di peringkat ketiga.
Ketiganya menerima piala dan hadiah uang sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi menjaga tradisi. “Kemenangan ini membuka jalan menuju Pekan Adat Dayak tahun depan di Pontianak,” kata perwakilan kelompok Pebodab.
Rangkaian PSBD IX Ketapang 2025 masih akan berlanjut hingga 11 Oktober. Event budaya ini menampilkan pertunjukan seni tradisional, pameran budaya, kuliner khas, serta berbagai lomba permainan adat.
Perlombaan yang digelar mulai dari melukis perisai, pangka gasing, hingga beragam atraksi yang merekam denyut kehidupan Dayak. Lebih dari sekadar festival, PSBD menjadi wadah merawat teradisi di tengah arus modernitas.
Suara lesung dan lantunan budaya Dayak akan terus menggema dan menghidupkan kembali warisan leluhur dengan jiwa baru.(sri)