Bupati Sujiwo ingin menjadikan tepi sungai bukan sekadar tempat singgah, tapi rumah bagi kebersamaan warga.
Di tepi Sungai Rasau Jaya, ketika matahari mulai condong ke barat, warna jingga perlahan menari di atas air. Suara tawa anak-anak berpadu dengan deru motor dan riuh pedagang yang menawarkan dagangan mereka. Inilah potret kehidupan di Dermaga Rasau Jaya - sebuah ruang yang hidup, ramai, namun belum tertata.
Kamis (2/10/2025) malam itu, langkah Bupati Kubu Raya Sujiwo menyusuri dermaga menjadi awal dari harapan baru. Dengan tatapan menyapu ke segala penjuru, ia melihat denyut kehidupan rakyatnya, dan juga potensi besar yang selama ini tersembunyi di balik hiruk-pikuk jual beli.
“Ini kalau malam Sabtu, malam Minggu ramai banget. Lihat saja sekarang, orang jualan, pengunjung ramai sekali,” ujar Sujiwo sambil tersenyum, di antara kerumunan warga yang berswafoto di bawah lampu-lampu seadanya.
Rasau Jaya dan Romantika di Tepian Sungai
Senja di Rasau Jaya punya pesona tersendiri. Dari kejauhan, siluet gunung tampak samar, seolah menjaga tenang tepian sungai. Banyak warga datang sekadar duduk menikmati pemandangan atau mencicipi jagung bakar sambil memandangi matahari tenggelam.
Bagi Sujiwo, panorama itu adalah aset berharga yang belum diolah maksimal. Ia ingin menjadikan kawasan tersebut bukan hanya tempat nongkrong, melainkan ruang publik yang hidup dan tertata, sebuah urban waterfront park versi Kubu Raya.
“Di sini view-nya lumayan bagus, ada gunung-gunung. Kalau sore masyarakat bisa menikmati sunset. Saya yakin kalau ini ditata akan semakin baik,” tuturnya.
Rencana itu bukan hanya tentang memperindah wajah kota. Lebih jauh, Sujiwo ingin menata ekonomi rakyat agar tetap bergerak, namun dengan cara yang lebih teratur dan bermartabat. Baginya, keindahan dan kesejahteraan harus berjalan beriringan.
Gerobak Seragam dan Cahaya Baru untuk Rasau Jaya
Dalam waktu dekat, Pemkab Kubu Raya akan membahas rencana besar penataan dermaga dalam rapat kerja daerah. Fokusnya meliputi penambahan lampu hias, penataan area jualan, hingga pengelolaan kawasan oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
Yang paling menarik, Sujiwo berencana mengganti gerobak-gerobak pedagang dengan desain seragam yang estetik dan gratis. Ia juga akan menata area parkir agar tak lagi mengganggu pengunjung, serta menyediakan meja dan kursi untuk duduk santai warga.
“Saya pikirkan bagaimana gerobak-gerobak ini akan saya ganti. Saya bantu secara gratis. Nanti yang jualan diatur di satu sisi, sepeda motor tidak masuk ke area tengah,” ucapnya mantap.
Langkah kecil itu menjadi simbol: bahwa pembangunan bukan sekadar beton dan cahaya, tetapi tentang menghadirkan rasa nyaman dan kebersamaan di ruang-ruang publik.
“Insyaallah, besok sudah saya bawa rapat berkaitan dengan penataan kawasan di sini. Karena kalau kita lihat sekarang, area ini sudah penuh sekali kalau malam Minggu. Tapi kesannya masih kumuh. Kita harus hadir dan memberikan atensi, karena ini adalah harapan masyarakat,” tutup Sujiwo.
Dermaga Rasau Jaya bukan sekadar tempat persinggahan kapal atau pasar malam warga. Ia adalah cermin kehidupan sosial Kubu Raya—tempat di mana ekonomi rakyat, hiburan, dan kebersamaan bertemu.
Jika rencana penataan berjalan sesuai harapan, maka di masa depan, senja di Rasau Jaya tak hanya indah dipandang mata, tapi juga menenangkan hati. Sebuah ruang publik yang tak sekadar megah, tetapi manusiawi tempat di mana setiap warga merasa memiliki. (**)